Kamis, 28 Agustus 2014

Generasi


GENERASI

Sik enak jamanku to…?’ kalimat ini sering kita baca di bawah atau di samping foto presiden RI yang kedua, penguasa rezim orde baru selama 32 tahun pada bak-bak truk di jalanan. Munculnya kalimat ini sebenarnya mewakili kerinduan sekelompok orang pada zaman keterbelakangan yang indah. Mungkin mereka sudah jenuh mendengar dan melihat hingar-bingarnya dunia yang entah akan berakhir kapan dan di mana.
Reformasi mengubah segala-galanya bagi Indonesia, negeri tercinta dengan seribu budaya. Negeri yang terkenal dengan penduduknya yang ramah menjunjung tinggi norma-norma kesopanan dengan slogan kemakmuran ‘gemah ripah loh jinawi’. Negara kita khususnya rakyat Indonesia terlena dengan nina bobok arus globalisasi yang deras mengalir dan bebas terakses oleh siapa saja, tentang apa saja yang ada di muka bumi ini dengan bebas tanpa adanya filter sedikitpun dan dari siapapun. Reformasi telah mengubah sebagian orang menjadi brutal memaknai kebebasan. Di sisi lain negeri ini bergeliat membangun keterbelakangan selama 32 tahun, derap pembangunan merata di segala bidang dan menyebar di seluruh pelosok negeri. Mudahnya orang untuk membuka jendela dunia membuat rakyat semakin maju dan modern. Yang tidak kalah santernya adalah kata ‘demokrasi dan negara demokrasi’. Kalau orang sudah mengatasnamakan demokrasi seolah-olah sekelompok golongan harus menepi.
Dalih reformasi, dalih demokrasi, dalih negara demokrasi, dalih arus globalisasi dan dalih-dalih yang lain akankah melunturkan budaya bangsa? Akankah melunturkan norma kesopanan, norma kesantunan pada generasi penerus bangsa ini? Kalau dibiarkan tetap seperti sekarang ini, mungkin negeri ini akan kehilangan generasi bangsa yang memiliki jati diri ketimuran. Kebanyakan orang tua dan para pendidik  sekarang sudah mulai resah dengan pola pikir dan tingkah laku generasi muda yang mulai luntur norma kesopanan dan norma kesantunan serta ‘andhap asor-nya’ terhadap orang yang lebih tua. Tidak sedikit para siswa yang akan berpaling ketika bertemu dengan gurunya di jalan atau di tempat-tempat umum yang lain, apalagi jika mereka tidak diajar oleh guru tersebut. Banyak sekali terdengar kalimat-kalimat siswa yang janggal kepada guru saat bercakap-cakap karena mereka tidak bisa berbahasa dengan santun. Anak-anak kecil dan para remaja sudah tidak tahu harus bersikap bagaimana bila bertemu tetangganya yang lebih tua hingga akhirnya mereka memilih cuek tidak menghiraukan saat berpapasan. Mereka juga tidak tahu harus bagaimana saat di rumah ada tamu, sementara orang tuanya masih di dalam rumah hingga sang tamu harus tetap berdiri di depan pintu rumahnya. Bagaiman dengan bahasa daerah khususnya bahasa Jawa pada generasi muda sekarang ini? Pertanyaan ini sebenarnya tidak hanya perlu kita jawab, tetapi perlu tindakan nyata yang serius untuk memperbaiki.
Norma susila generasi muda bangsa ini juga akan terancam hancur karena belum siap dengan reformasi dan informasi yang mudah sekali untuk diakses tanpa mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak bisa dipungkiri kenyataan yang ada di masyarakat tentang kebrutalan generasi muda sekarang ini, tentang tidakan kriminalitas serta tindakan asusila yang dilakukan generasi bangsa ini.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan sudah mulai berupaya untuk  membangun kembali mental generasi muda agar memiliki jati diri ketimuran. Meningkatkan norma kesopanan dan norma kesantunan dengan menggiatkan kembali kepramukaan di lembaga-lembaga pendidikan dengan status ‘wajib’ pada jenjang pendidikan SMP dan jenjang pendidikan SMA bagi semua siswa. Penambahan bahasa daerah di jenjang pendidikan SMA pun sudah mulai diterapkan dengan harapan bahasa daerah ini yang notabene memiliki tingkatan strata kesopanan berbahasa akan mampu meningkatkan kesopanan siswa dalam pergaulan sehari-hari dengan siapa saja terutama dengan orang yang lebih tua. Kegiatan keagamaan lebih ditingkatkan lagi dengan adanya pembacaan kalimah toyibah, penekanan sholat fardlu berjamaah serta ekstrakurikuler keagamaan lain di sekolah-sekolah umum.
Upaya pemerintah ini sebenarnya akan mudah terwujud jika mendapat dukungan sepenuhnya dari orang tua di rumah. Pada keluarga yang memiliki dedikasi pendidikan yang tinggi, norma kesopanan tetap dijaga sebagai upaya untuk mempertahankan nilai-nilai pendidikan susila yang tinggi pula.
Masih ada generasi yang santun meski tidak banyak. Mereka mendapatkan pendidikan yang ekstra keras dari orang tuanya. Hal yang demikian dilakukan orang tua mengingat pengaruh “di luar” sangat tidak mendukung upaya mereka. Mendisiplinkan anak jika diterima dengan positif  hasil yang dipetik akan luar biasa. Disiplin identik dengan aturan yang keras dan ‘kereng’ bagi anak sebagai generasi muda bangsa yang tidak memahami makna disiplin. Generasi yang santun juga masih banyak kita temui di daerah-daerah ‘pinggiran’ yang jauh dari mobilitas kota metropolitan. Di pondok-pondok pesantren salafiah, sangat banyak ditemui generasi muda rabbani yang santun.
Berbanding samakah generasi muda harapan bangsa dan generasi penghancur bangsa ini? Mari berupaya mewudkan generasi harapan bangsa melalui pendidikan dasar keluarga di rumah dan pendidikan formal melalui lembaga-lembaga pendidikan dengan saling bahu-membahu antara orang tua dan pemerintah.
Mencontoh negeri sakura, Jepang. Negara yang memiliki teknologi canggih dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta tingkat pendidikan yang maju. Masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya  dan adat ketimuran serta norma susila. Masyarakat dan generasi mudanya seakan-akan sudah siap menerima perubahan zaman yang dinamis.
Disiplin pada semua ruang gerak generasi muda akan mampu menghasilkan generasi bangsa yang tangguh, siap menerima estafet pembanguanan pemerintahan di segala bidang tanpa mengurangi nilai-nailai budaya dan adat ketimuran untuk mewujudkan negera Indonesia yang adil makmur merata di seluruh wilayah negeri tercinta ini. Mewujudkan kesejahteraan rakyat yang nyata, tata tentrem karta raharja tanpa membodohi rakyat adalah wujud kesejahteraan yang sesungguhnya.



Rabu, 20 Agustus 2014

Tata Busana : KERUTAN


KERUT

Pengertian kerut
yaitu lajur yang bergelombang

Fungsi kerutan
1.    Sebagai variasi model
2.    Menambah nilai keindahan


Macam-macam kerutan
1.    Struk
adalah lajur kain yang diberi kerutan pada salah satu sisinya.

Langkah kerja membuat struk
1.         Buat lajur yang akan dibuat kerutan
2.         Beri tanda di salah satu sisi sebanyak 2 baris







3.         Jahit menggunakan mesin jahit dengan ukuran stikan terbesar
4.         Pisahkan benang bagian atas saja atau bawah saja di salah satu ujung jahitan
5.        Pegang 2 benang bagian atas saja atau 2 benang bagian bawah saja, kemudian tarik ke 2 benang tersebut secara bersama-sama hingga membentuk gelombang
6.         Ratakan kerutan hingga membentuk gelombang





2.    Ruche
ialah lajur kain yang diberi gelombang di bagian tengahnya

Langkah kerja membuat ruche
Langkah pembuatan ruche sama dengan membuat struk, hanya saja untuk pembuatan ruche, tanda di buat pada bagian tengah lajur sebanyak 2 garis.



















3.    Lajur lipit

yaitu lajur kain yang diberi gelombang dengan cara mengatur besar lipit, dalam lipit, dan jarak lipit secara berurutan.

Langkah kerja membuat lajur lipit
1.      Membuat lajur yang akan dibut lajur lipi
2.      Menandai dalam lipitan dan jarak lipitan menggunakan kapur jahit
3.      Membentuk dalam lipit menggunakan jarum pentul secara melintang
4.      Menyatukan lajur lipit dengan bagian lain yang akan dikombinasi dengan lajur lipit



Alat – alat yang diperlukan dalam pembuatan kerutan :

1.   Mesin jahit
2.   Gunting kain
3.   Gunting benang


Bahan – bahan yang dibutuhkan :

1.    Kain untuk lenan rumah tangga
2.    Kain untuk lapisan atau bahan kerut
3.    Benang jahit

CELANA


CELANA

Pengertian Celana
Yaitu pakaian bagian bawah mulai dari pinggang melewati panggul ke bawah sampai batas yang diinginkan dan berbentuk pipa yang berguna untuk memasukkan kaki.
Celana panjang untuk wanita biasa disebut dengan slack sedangkan celana panjang untuk pria disebut dengan pantalon.
Macam-macam Celana
1.      Short atau Hot pant yaitu celana yang panjangnya sampai pertengahan paha
2.      Bermuda yaitu celanan yang panjangnya 10 cm di atas lutut
3.      Cullote yaitu celana rok dengan bentuk melebar pada bagian bawah
4.      Knikers yaitu celana yang menggelembung dengan kerut di bagian pinggang sedangkan di bagian bawah di beri manset. Panjang celana 10 cm di bawah lutut
5.      Jodh Pure yaitu celana dengan siluet Y, menggelembung pada bagian atas dan menyempit pada bagian bawah. Panjangnya celana sampai batas lutut.
Sedankan jika panjang celana sampai batas mata kaki di sebut dengan celana Baggy
6.      Legging yaitu celana yang pas kaki yang terbuat dari bahan stretch atau bahan yang lentur. Panjang celana sampai mata kaki
7.      Capri yaitu celana yang panjangnya sampai mata kaki dan pada bagian bawah diberi belahan kurang lebih sepanjang 20 cm.
8.      Bell Botton atau cutbray yaitu celana panjang sampai mata kaki serta melebar pada bagian lutut ke bawah.
Biasanya disebut dengan celana komprang
Ukuran yang digunakan dalam pembuatan pola celana
1.      Lingkar pinggang
Yaitu diukur melingkar pada pinggang
2.      Panjang celana
Yaitu diukur mulai dari batas pinggang ke bawah sampaibatas panjang celana yang diinginkan
3.      Lingkar panggul
Yaitu diukur melingkar pada bagian panggul terbesar + 4 cm.
4.      Lingkar pesak
Yaitu diukur mulai batas pinggang TM sampai TB melalui selangkanag
5.      Lingkar paha
Yaitu diukur sekeliling paha terbesar + kelonggaran
6.      Lingkar lutut
Yaitu diukur sekeliling lutut + kelonggaran
7.      Lebar kaki celana
Yaitu diukur sekeliling lingkar kaki bagian bawah dan diberi kelonggaran
8.      Tinggi duduk
Diukur dari dasar tempat duduk ke atas sampai batas lingkar pinggang




POLA CELANA KARET
SKALA 1 : 4




















Keterangan :
a – b    :  tinggi duduk
a – c     :  panjang celana
a – a’   :  ½ lingkar panggul = b – b’ = c – c’
b – d    :  ½ b – b’
b – e    :  ¼ b – d
b’ – f   :  2 x b – e
c’         :  ke kanan 2 cm
a’         :  naik 2 sampai 3 cm